Wow !!! Negeri tirai bambu ini tidak main-main dalam urusan militer. Bayangin aja 2.413 Triliun (duit itu apa daun kelor) hanya tuk anggaran militer doank ..., Bagi Indonesia hampir sama la ya, sekitar 200 triliun, mmm angka dua depannya sama sih... hehehehe.
Kita simak beritanya:
China mengumumkan bahwa negaranya akan meningkatkan anggaran militer sebesar 8 persen menjadi 1,11 triliun yuan atau sekitar Rp 2.413 triliun untuk 2019.
Hal tersebut diumumkan oleh Perdana Menteri China Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen di Beijing. Ia mengatakan bahwa tentara China harus "kuat seperti batu" dalam menghadapi perubahan lingkungan keamanan nasional.
Dikutip dari BBC, Senin (5/3/2018), kenaikan anggaran tersebut dipandang sebagai indikasi ambisius strategis China yang tengah memodernisasi tentaranya, yang merupakan terbesar di dunia. (tiga kali lagi wow, wow, wow!!!)
Selain itu, Negeri Tirai Bambu itu juga dinilai akan mengembangkan infrastrukturnya di daerah yang diperebutkan, seperti Laut China Selatan dan wilayah perbatasan Himalaya.
Dalam pertemuan itu, Pemerintah China mengatakan bahwa pihaknya berfokus pada tiga tujuan utama pada 2019, yakni mengatasi paparan China terhadap risiko keuangan, menekan polusi, dan memerangi kemiskinan.
Dalam pidatonya, Li juga menargetkan pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,5 persen -- sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada 2017, yakni 6,9 persen.
China saat ini menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia, setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan pesat.
Di sisi lain, diyakini akan terjadi potensi perang dagang dengan AS, karena Pemerintah Donald Trump menerapkan kebijakan untuk mengalihkan keseimbangan global dalam perdagangan. (hantam Trump tu Li..,)
Surplus perdagangan China dengan AS mencapai titik tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar US$ 275,81 miliar pada 2017.
Trump mengatakan bahwa hal tersebut merupakan hasil kesepakatan perdagangan yang "sangat bodoh". Ia telah mengumumkan tarif baru nan curam untuk impor baja dan alumunium, serta telah menargetkan impor China secara khusus.
Juru bicara Kongres Rakyat Nasional (NPC), Zhang Yesui, mengatakan bahwa China tidak menginginkan perang dagang. Namun ia mengatakan, jika AS mengambil tindakan yang melukai kepentingan China, negaranya tidak akan tinggal diam.
Kongres Rakyat Nasional (NPC) juga diperkirakan akan mengajukan penghapusan pembatasan presidensial sebanyak dua kali dalam lima tahun masa kepemimpinan. Hal tersebut memungkinkan Xi Jinping untuk terus menjabat sebagai presiden tanpa batas waktu.
Xi, disebut-sebut sebagai pemimpin terkuat setelah Mao Zedong atau Ketua Mao.
Bahkan beberapa buah pemikiran Presiden Xi Jinping diabadikan di dalam amandemen konstitusi partai. Selain itu, hingga kini, pengurus partai belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan mengenalkan calon pemimpin China selanjutnya.
Dalam aturan pemerintahan kali ini, masa kepemimpinan Presiden Xi Jinping seharusnya akan selesai pada 2023 mendatang. Tradisi membatasi lama kepemimpinan presiden selama 10 tahun, mulai diberlakukan di China pada pertengahan dekade 1990-an lalu.
Perubahan tersebut ditetapkan pasca-imbauan mantan pemimpin China, Deng Xiaoping, yang mengingatkan tentang risiko kekacauan yang pernah terjadi di era kepemimpinan absolut Mao Zedong.
Meski dua pendahulunya mengikuti aturan terkait, namun tidak untuk Presiden Xi. Sejak dirinya mulai unjuk gigi pada 2012, Presiden Xi menunjukkan kecenderungan gaya kepemimpinan semi-absolut.
Sumber: Liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar